Stereochemical Considering in Planning Synthesis
CHAPTER~7
Stereochemical
Considering in Planning Synthesis
Retrosintesis adalah proses
pembelahan molekul target sintesis menuju ke material start yang tersedia
melalui serangkaian pemutusan ikatan (diskoneksi) dan perubahan gugus fungsi
atau interkonversi gugus fungsional (IGF). Analisis retrosintetis adalah teknik
pemecahan masalah dalam merencanakan sintesis organik. Analisis retrosintesis hanya akan berhasil jika di arahkan ke suatu
tujuan tertentu. Tujuan dasarnya adalah untuk menghasilkan prekursor yang
bertanggung jawab terhadap ketersediaan starting material. Namun, tujuan ini
bisa digunakan sebagai dasar pedoman hanya ketika starting material yang
mungkin, bisa diidentifikasi dari struktur target. Secara umum, starting
material tidak akan diperoleh dengan mudah jika senyawa targetnya sangat
kompleks ( dan oleh karena itulah digunakan retrosintesis analisi ). Tujuan
dasar, kemudian, menjadi penghasilan prekursor yang akan lebih mudah dalam
mensintesis dibandingkan target awalnya. Analisis
retrosintesis ini diarahkan untuk penyederhanaan molekular. Corey telah
memformulasikan 5 jenis strategi utama yang mengarah pada penyederhanaan tsb.
1. functional-group based strategy
Gugus fungsi dalam suatu struktur
target mampu mengarahkan pencarian transformasi dalam beberapa cara :
-
Removal of reactive and masked functionality
-
diskoneksi berdasarkan letak gugus fungsi
-
rekoneksi gugus fungsi untuk membentuk cincin secara retrosintesis
Strategi
rekonnektif terhalang oleh aturan
strategik.
2. Topological strategy
Diskoneksi dari spesifik, juga disebut
dengan ' strategic' bonds mampu menyebbakan terjadihanya penyederhaan molekular
utama. ada 7 jenis strategic bonds. ikatan dalam sistem cincin polisiklik,
ikatan dalam sistem cincin polifused, pasangan ikatan dalam sistem cincin,
ikatan yang menghubungkan rantai ke cincin, ikatan yang menghubungkan rantai ke
rantai lain, dan ikatan yang menghubungkan rantai ke gugus funsgi
3.
Structure-based
strategy
A very useful guidance for
retrosynthetic analysis can be provided by the application of a powerfully
simplifying transform -- corresponding to a reaction effecting a considerable
increase in complexity. Very often such an application is suggested by the
presence of (functionalized) rings of specific sizes in the target molecule.
Some powerfully simplifying transforms are:
- Diels-Alder
- Hetero
Diels-Alder
- Robinson
annulation
- Birch reduction
- Internal ene
reaction
- Halolactonization
4.
Structure-goal strategy
5. Stereochemical strategy
Pada strategi ini fokusnya adalah pada
penghulangan stereocenter di bawah streokontrol. Steeokontrol bisa diperoleh
melalui kontrol mekanisme maupun kontrol substrat. Rekoneksi yang memindahkan
stereocenter dari rantai (dimana di situ sulit untuk terjadi interaksi) ke
cincin (lebih mudah) juga bisa dipertimbangkan sebagai salah satu strategi
stereokimia.
Kontrol pertimbangan stereokimia dalam
metode sintesis, contohnya pada senyawa cincin, stereoselektifitas biasanya
dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan
mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi
reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk
rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua
pusat stereogenik. Jadi, dalam merencanakan suatu sintesis, hasil stereokimia
semua reaksi yang membentuk ikatan rangkap baru, cincin terkonjugasi, dan pusat
kiral, harus saling bekerja sama dalam merencanakan suatu sintesis.
Dalam suatu sintesis stereoselektif,
masing - masing pusat berurutan diperkenalkan dalam hubungannya dengan
stereocenter yang ada. Kondisi ini biasanya sangat sulit dicapai. Ketika suatu
reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu
atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan. Hal ini membutuhkan baik
itu pemurnian atau manipulasi untuk memperoleh stereokimia yang benar.
Beruntungnya, diastereomer biasanya mudah untuk dipisahkan, tetapi efisiensi
suatu sintesis akan berkurang denngan adanya separasi tsb. Jadi,
kestereoselektifitasan yang tinggi merupakan suatu tujuan penting dalam
perencanaan sintesis.
Jika suatu senyawa ingin diperoleh
dalam bentuk murni secara enansiomer, maka suatu sintesis enansioselektif harus
dikembangkan.
Ada 4 pendekatan umum yang digunakan
untuk memperolehnya.
A. Berdasarkan pada penggabungan
suatu resolusi ke dalam rencana sintesis.
Pendekatan ini melibatkan penggunaan
rasemat atau strting material akiral dan kemudian memecahkan suatu intermediet
dalam sintesis. Dalam sintesis berdasarkan resolusi, ada 2 kriteria yg harus
dipenuhi : (1) harus tidak mengganggu konfigurasi pada pusat stereokimia, dan
(2) pusat stereogenik baru harus diperkena;lan dengan konfigurasi relatif yang
benar ke pusat yg ada.
B. Penggunaan stating material
yang murni secara enansiomer.
Ada banyak sekali material atau
substansi yang secara alami diperoleh dari nya, yang tersedia dalam bentuk
murni secara ennasiomer. DImana, suatu sintesis yang sangat stereoselektif
harus mampu mengontrol stereokimia dari semua pusat stereogeik baru sehingga
memiliki hubungan dengan pusat kiral yg ada pada starting material. Ketika hal
ini tdk bisa diperoleh, maka stereoisomer yang didapat harus dipisahkan dan
dimurnikan
C. Melibatkan penggunaan jumlah
stoikimetri dari chiral auxiliary
D. Menggunakan katalis kiral
dalam reaksi.
Yang mana penggunaan ini akan
menciptakan satu atau lebih stereocenter. Jika katalis beroperasi dengan
efisiensi sempurna, maka material yang murni secara enansiomer akan diperoleh.
Tahap lanjutan harus mengontrol konfigurasi relatif dari pusat kiral baru.
Dalam prakteknya, keempat pendekatan
ini sangatlah efektif dalam sintesis nya. Jika dilakukan perbandingan
berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi
< sumber alami < chiral auxiliary < katalis. Proses resolusi hanya
menggunakan setengah dari material rasemik awal. Starting material daro sumber
alami bisa digunakan dengan efisiensi 100%. Tapi hanya bisa satu kali pakai dan
tidak bisa digunakan kembali. Suatu chiral auxiliary bisa di dapatkan
kembali dan digunakan kembali, tetapi harus digunakan dalam jumlah
stoikiometri. Sedangkan katalis kiral bisa menghasilkan jumlah tak terbatas
dari material yang murni secara nenasiomer.
Apapun
jalur mekanisme secar detilnya, perencanaan sintesis harus melibatkan kontrol
stereokimia. Ketika hal ini tidak bisa dilakukan, maka harga yang harus dibayar
adalah, pemisahan stereoisomer dan penghasilan reduksi pada keselurhan
yieldnya.
Pertanyaan
:
1.
Misalkan suatu reaksi tidak bersifat stereoselektif seutuhnya, maka produk akan
mengandung satu atau lebih bentuk. Bagaimana caranya agar bisa diperoleh produk
dengan stereokimia yang benar (diinginkan) ?
2.
Dari keempat pendekatan umum sintesis secara enansioselektif, bagaimana
perbandingannya berdasarkan efisiensi mutlak dalam penggunaan material kiral ?
3.
Mengapa pada reaksi SN 1 hasil stereokimianya beda dari SN2, dimana bisa
menghasilkan produk rasemik ?
Sumber
:
Carey,
F.A. dan R.J. SUndberg. 2013 . Advanced Organic Chemistry Fourth Edition
Part B : Reactions and Synthesis". Vrginia : SPringer.
Hayyy vindii whatsss up sis,
BalasHapusEhhh aku mauu kment yaahhh
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terimakasih ka vindi ilmunya,
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
terimakasih vindi,
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terimakasih ka vindi ilmunya,
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Hay viiinn
BalasHapusMau jawab yg nmr 3 aja deh gak mau semuanya wkwkkw
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terimakasih atas materinya kakk, menurut saya :
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terimakasih atas materinya kakk, menurut saya :
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terimakasih atas materinya.
BalasHapusmenurut saya :
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
3 Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
BalasHapus:)
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
terima kasih vindi, jawabannya yaitu
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
terimakasih pemaparannya
BalasHapus1.Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
Menurut saya seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
makasih penjelasannya kk, menurut saya:
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terima kasih Kak Vindi atas materi yg disampaikan.
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terima kasih Kak Vindi atas materinya
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.i atas materi yg disampaikan.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terimakasih atas materinya kak menurut saya :
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
hai vindi, menurut saya
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
Terima kasih kk atas informasinya.
BalasHapusHmmm saya akan mencoba untuk menjawab
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
terima kasih atas materinya, menurut saya cara agar bisa diperoleh produk dengan stereokimia yang benar (diinginkan) yaitu bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapusterimakasih materinyaaa...
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, seperti penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
Penyampaian materinyaa okeee banget :))). Saya mencoba menjawab beberapa pertanyaan:
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Menurut saya untuk jawaban no. 3 perbedaan hasil SN1 dan SN2 Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
BalasHapusMenurut yonanda jawabannya:
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Materi yang menarik Vindiii Nyeel,
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
gomawo bes jms jhn kw
HapusSeharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapusTerimakasih atas materinya kak.
BalasHapusmenurut saya :
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Balas
Hai vindiii
BalasHapusNih aku bantu jawab ya
1. Kontrol secara stereokimia dapat dilakukan dengan strategi atau pendekatan khusus seperti : penggunaan starting material kiral, melibatkan penggunaan chiral auxilliary dan penggunaan katalis kiral.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi tidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya.
Halo Vindi, aku jawab yang nomor satu aja yaa:
BalasHapusSeharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral.
Terimakasih..
Haiiiiii nday
BalasHapusjawaban :
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
Hai vindiii
BalasHapusNih aku bantu jawab ya
1. Kontrol secara stereokimia dapat dilakukan dengan strategi atau pendekatan khusus seperti : penggunaan starting material kiral, melibatkan penggunaan chiral auxilliary dan penggunaan katalis kiral.
Hai vinday
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, seperti penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
BalasHapusTerimakasih atas materinya nisa
BalasHapusDaku kan coba menjawab.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terimakasih atas materinya.
BalasHapusmenurut saya :
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terimakasih atas penjelasan materinya vindi.
BalasHapusmenurut saya :
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
BalasHapus3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terima kasih materinya kak. Menurut saya jawabannya,
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terimakasih materinya kak
BalasHapusJawabannya
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
hai vindi
BalasHapusmenurut saya
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terimakasih kak vindi ilmunya,
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
terimakasih atas penjelasan materinya vindi
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
Terima kasih materinya kak, saya akan coba menjawab :
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerimakasih atas materinya menurut saya :
BalasHapusUntu pertanyaan pertama "Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral"
Untuk pertanyaan kedua "Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis."
Dan yg terkhir Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
terimakasih kak vindi,
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
BalasHapus2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.
terima kasih kak atas materinya
BalasHapus1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.