Stereochemical Considering in Planning Synthesis


CHAPTER~7
Stereochemical Considering in Planning Synthesis

Retrosintesis adalah proses pembelahan molekul target sintesis menuju ke material start yang tersedia melalui serangkaian pemutusan ikatan (diskoneksi) dan perubahan gugus fungsi atau interkonversi gugus fungsional (IGF). Analisis retrosintetis adalah teknik pemecahan masalah dalam merencanakan sintesis organik. Analisis retrosintesis hanya akan berhasil jika di arahkan ke suatu tujuan tertentu. Tujuan dasarnya adalah untuk menghasilkan prekursor yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan starting material. Namun, tujuan ini bisa digunakan sebagai dasar pedoman hanya ketika starting material yang mungkin, bisa diidentifikasi dari struktur target. Secara umum, starting material tidak akan diperoleh dengan mudah jika senyawa targetnya sangat kompleks ( dan oleh karena itulah digunakan retrosintesis analisi ). Tujuan dasar, kemudian, menjadi penghasilan prekursor yang akan lebih mudah dalam mensintesis dibandingkan target awalnya. Analisis retrosintesis ini diarahkan untuk penyederhanaan molekular. Corey telah memformulasikan 5 jenis strategi utama yang mengarah pada penyederhanaan tsb.
1.    functional-group based strategy
Gugus fungsi dalam suatu struktur target mampu mengarahkan pencarian transformasi dalam beberapa cara :
- Removal of reactive and masked functionality
- diskoneksi berdasarkan letak gugus fungsi
- rekoneksi gugus fungsi untuk membentuk cincin secara retrosintesis
Strategi rekonnektif  terhalang oleh aturan strategik.
2.    Topological strategy
Diskoneksi dari spesifik, juga disebut dengan ' strategic' bonds mampu menyebbakan terjadihanya penyederhaan molekular utama. ada 7 jenis strategic bonds. ikatan dalam sistem cincin polisiklik, ikatan dalam sistem cincin polifused, pasangan ikatan dalam sistem cincin, ikatan yang menghubungkan rantai ke cincin, ikatan yang menghubungkan rantai ke rantai lain, dan ikatan yang menghubungkan rantai ke gugus funsgi
3.    Structure-based strategy
A very useful guidance for retrosynthetic analysis can be provided by the application of a powerfully simplifying transform -- corresponding to a reaction effecting a considerable increase in complexity. Very often such an application is suggested by the presence of (functionalized) rings of specific sizes in the target molecule. Some powerfully simplifying transforms are:
  • Diels-Alder
  • Hetero Diels-Alder
  • Robinson annulation
  • Birch reduction
  • Internal ene reaction
  • Halolactonization
4.    Structure-goal strategy
5.    Stereochemical strategy
Pada strategi ini fokusnya adalah pada penghulangan stereocenter di bawah streokontrol. Steeokontrol bisa diperoleh melalui kontrol mekanisme maupun kontrol substrat. Rekoneksi yang memindahkan stereocenter dari rantai (dimana di situ sulit untuk terjadi interaksi) ke cincin (lebih mudah) juga bisa dipertimbangkan sebagai salah satu strategi stereokimia.
Kontrol pertimbangan stereokimia dalam metode sintesis, contohnya pada senyawa cincin, stereoselektifitas biasanya dapat diprediksi pada analisis konformasional dasar dari reaktan dan mempertimbangkan faktor sterik dan stereoelektronik yang bisa mempengaruhi reagen. Dalam sintesis stereoselektif suatu material kiral dalam bentuk rasemat, dibutuhkan untuk melakukan kontrol dari konfigurasi relatif semua pusat stereogenik. Jadi, dalam merencanakan suatu sintesis, hasil stereokimia semua reaksi yang membentuk ikatan rangkap baru, cincin terkonjugasi, dan pusat kiral, harus saling bekerja sama dalam merencanakan suatu sintesis.
Dalam suatu sintesis stereoselektif, masing - masing pusat berurutan diperkenalkan dalam hubungannya dengan stereocenter yang ada. Kondisi ini biasanya sangat sulit dicapai. Ketika suatu reaksi tidak seutuhnya bersifat stereoselektif, produk akan mengandung satu atau lebih diastereomer pada produk yang diingikan. Hal ini membutuhkan baik itu pemurnian atau manipulasi untuk memperoleh stereokimia yang benar. Beruntungnya, diastereomer biasanya mudah untuk dipisahkan, tetapi efisiensi suatu sintesis akan berkurang denngan adanya separasi tsb. Jadi, kestereoselektifitasan yang tinggi merupakan suatu tujuan penting dalam perencanaan sintesis.
Jika suatu senyawa ingin diperoleh dalam bentuk murni secara enansiomer, maka suatu sintesis enansioselektif harus dikembangkan.
Ada 4 pendekatan umum yang digunakan untuk memperolehnya.
A. Berdasarkan pada penggabungan suatu resolusi ke dalam rencana sintesis.
Pendekatan ini melibatkan penggunaan rasemat atau strting material akiral dan kemudian memecahkan suatu intermediet dalam sintesis. Dalam sintesis berdasarkan resolusi, ada 2 kriteria yg harus dipenuhi : (1) harus tidak mengganggu konfigurasi pada pusat stereokimia, dan (2) pusat stereogenik baru harus diperkena;lan dengan konfigurasi relatif yang benar ke pusat yg ada.
B. Penggunaan stating material yang murni secara enansiomer.
Ada banyak sekali material atau substansi yang secara alami diperoleh dari nya, yang tersedia dalam bentuk murni secara ennasiomer. DImana, suatu sintesis yang sangat stereoselektif harus mampu mengontrol stereokimia dari semua pusat stereogeik baru sehingga memiliki hubungan dengan pusat kiral yg ada pada starting material. Ketika hal ini tdk bisa diperoleh, maka stereoisomer yang didapat harus dipisahkan dan dimurnikan
C. Melibatkan penggunaan jumlah stoikimetri dari chiral auxiliary
D. Menggunakan katalis kiral dalam reaksi.
Yang mana penggunaan ini akan menciptakan satu atau lebih stereocenter. Jika katalis beroperasi dengan efisiensi sempurna, maka material yang murni secara enansiomer akan diperoleh. Tahap lanjutan harus mengontrol konfigurasi relatif dari pusat kiral baru.
Dalam prakteknya, keempat pendekatan ini sangatlah efektif dalam sintesis nya. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary  < katalis. Proses resolusi hanya menggunakan setengah dari material rasemik awal. Starting material daro sumber alami bisa digunakan dengan efisiensi 100%. Tapi hanya bisa satu kali pakai dan tidak bisa digunakan kembali. Suatu chiral auxiliary bisa di dapatkan kembali dan digunakan kembali, tetapi harus digunakan dalam jumlah stoikiometri. Sedangkan katalis kiral bisa menghasilkan jumlah tak terbatas dari material yang murni secara nenasiomer.
Apapun jalur mekanisme secar detilnya, perencanaan sintesis harus melibatkan kontrol stereokimia. Ketika hal ini tidak bisa dilakukan, maka harga yang harus dibayar adalah, pemisahan stereoisomer dan penghasilan reduksi pada keselurhan yieldnya.

Pertanyaan :



1. Misalkan suatu reaksi tidak bersifat stereoselektif seutuhnya, maka produk akan mengandung satu atau lebih bentuk. Bagaimana caranya agar bisa diperoleh produk dengan stereokimia yang benar (diinginkan) ?

2. Dari keempat pendekatan umum sintesis secara enansioselektif, bagaimana perbandingannya berdasarkan efisiensi mutlak dalam penggunaan material kiral ?

3. Mengapa pada reaksi SN 1 hasil stereokimianya beda dari SN2, dimana bisa menghasilkan produk rasemik ?



Sumber :
Carey, F.A. dan R.J. SUndberg. 2013 . Advanced Organic Chemistry Fourth Edition Part B : Reactions and Synthesis". Vrginia : SPringer.

Komentar

  1. Hayyy vindii whatsss up sis,
    Ehhh aku mauu kment yaahhh

    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  2. 1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  3. Terimakasih ka vindi ilmunya,
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  4. terimakasih vindi,
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  5. Terimakasih ka vindi ilmunya,
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  6. 1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  7. 1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  8. Hay viiinn
    Mau jawab yg nmr 3 aja deh gak mau semuanya wkwkkw
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  9. Terimakasih atas materinya kakk, menurut saya :
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  10. Terimakasih atas materinya kakk, menurut saya :
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  11. 1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  12. Terimakasih atas materinya.
    menurut saya :
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  13. 3 Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  14. :)
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.

    BalasHapus
  15. regina chairani4/28/2018 6:36 PM

    terima kasih vindi, jawabannya yaitu
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  16. terimakasih pemaparannya
    1.Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral

    BalasHapus
  17. Menurut saya seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  18. makasih penjelasannya kk, menurut saya:
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  19. Terima kasih Kak Vindi atas materi yg disampaikan.
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  20. Terima kasih Kak Vindi atas materinya
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.i atas materi yg disampaikan.
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  21. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  22. Terimakasih atas materinya kak menurut saya :
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  23. hai vindi, menurut saya
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.

    BalasHapus
  24. Terima kasih kk atas informasinya.
    Hmmm saya akan mencoba untuk menjawab

    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  25. terima kasih atas materinya, menurut saya cara agar bisa diperoleh produk dengan stereokimia yang benar (diinginkan) yaitu bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral

    BalasHapus
  26. terimakasih materinyaaa...
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.

    BalasHapus
  27. 1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, seperti penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral

    BalasHapus
  28. 1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.

    BalasHapus
  29. Penyampaian materinyaa okeee banget :))). Saya mencoba menjawab beberapa pertanyaan:


    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  30. Menurut saya untuk jawaban no. 3 perbedaan hasil SN1 dan SN2 Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  31. Menurut yonanda jawabannya:
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  32. 1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.

    BalasHapus

  33. 1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  34. Materi yang menarik Vindiii Nyeel,
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  35. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral

    BalasHapus
  36. Terimakasih atas materinya kak.
    menurut saya :
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    Balas

    BalasHapus
  37. Hai vindiii
    Nih aku bantu jawab ya

    1. Kontrol secara stereokimia dapat dilakukan dengan strategi atau pendekatan khusus seperti : penggunaan starting material kiral, melibatkan penggunaan chiral auxilliary dan penggunaan katalis kiral.

    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi tidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya.

    BalasHapus
  38. Halo Vindi, aku jawab yang nomor satu aja yaa:
    Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral.
    Terimakasih..

    BalasHapus
  39. Haiiiiii nday
    jawaban :
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  40. 1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.

    BalasHapus
  41. Hai vindiii
    Nih aku bantu jawab ya

    1. Kontrol secara stereokimia dapat dilakukan dengan strategi atau pendekatan khusus seperti : penggunaan starting material kiral, melibatkan penggunaan chiral auxilliary dan penggunaan katalis kiral.

    BalasHapus
  42. Hai vinday
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.

    BalasHapus
  43. 1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, seperti penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral

    BalasHapus
  44. 3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  45. Terimakasih atas materinya nisa
    Daku kan coba menjawab.
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  46. Terimakasih atas materinya.
    menurut saya :
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  47. Terimakasih atas penjelasan materinya vindi.
    menurut saya :
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  48. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.

    BalasHapus
  49. 2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  50. Terima kasih materinya kak. Menurut saya jawabannya,
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  51. Terimakasih materinya kak
    Jawabannya
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  52. hai vindi
    menurut saya
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  53. Terimakasih kak vindi ilmunya,
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  54. 1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  55. terimakasih atas penjelasan materinya vindi
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  56. 1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  57. 1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  58. Terima kasih materinya kak, saya akan coba menjawab :
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.

    BalasHapus
  59. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  60. Terimakasih atas materinya menurut saya :
    Untu pertanyaan pertama "Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral"
    Untuk pertanyaan kedua "Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis."
    Dan yg terkhir Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  61. terimakasih kak vindi,
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  62. Priscilla Dwi Aranthya4/29/2018 9:18 PM

    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus
  63. terima kasih kak atas materinya
    1. Seharusnya reaksi tersebut bisa dikontrol secara stereokimia dengan strategi atau pendekatan khusus, mis : penggunaan starting material kiral,melibatkan penggunaan chiral auxilliary, dan penggunaan katalis kiral
    2. Jika dilakukan perbandingan berdasarkan efisiensi absolut dalam penggunaan material kiral , maka : resolusi < sumber alami < chiral auxiliary < katalis.
    3. Karena reaksi SN1 terjadi melalui intermediet karbokation. Jadi ketidak terjadi reaksi SN1 pada satu enansiomer dari reaktan kiral dan mengalami tahap intermediet pembentukan karbokation yang akiral , maka produk akan kehilangan aktivitas optiknya. karbokation ini akan bereaksi dengan Nu secara equal, membentuka rasemik.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer